Menanti BIF yang Lebih Baik


"Kami berharap BIF (Festival Internasional Borobudur,red) tahun ini lebih baik dibandingkan dengan tahun 2003," kata Budiyanto, Kepala Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah.

Pernyataan itu seolah menjadi pengakuan betapa kedodorannya penyelenggaraan BIF oleh instansi itu yang dipusatkan di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, tahun 2003 lalu.

Rencana Pemprov Jateng mengundang negara lain yang pernah ikut BIF 2003, kelihatannya untuk menunjukkan perbaikan reputasi penyelenggaraan perhelatan yang pertama kali dimulai era 1990-an itu. BIF sebagai kegiatan internasional empat tahunan Pemprov Jateng dengan dipusatkan di Candi Borobudur.

Apa yang terjadi dengan BIF 11-17 Juni 2003, bertepatan dengan 20 tahun pemugaran Candi Borobudur, yang membuat penyelenggara ingin BIF 2009 lebih baik?

Ketika itu BIF yang dipusatkan di Lapangan "Gunadharma" sebelah barat kaki Candi Borobudur dibuka malam hari oleh Presiden Megawati Soekarnoputri dengan pemukulan gong namun tanpa sambutan dari Presiden.

Berbagai kegiatan digelar antara lain pentas kesenian dari sejumlah negara seperti India, Vietnam, Singapura, Jepang, Thailand, Korea Selatan, Malaysia, dan Ameriksa Serikat. Sejumlah kesenian daerah yang tampil antara lain dari Bali, Yogyakarta, Jakarta, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Banten, Jawa Tengah, Maluku Utara, dan Jawa timur.

Pemerintah Kabupaten Magelang mendukung BIF itu dengan menggelar antara lain pameran lukisan, kerajinan, makanan khas, festival layang-layang dan Lomba Lari Borobudur 10K.

Namun BIF 2003 terkesan kurang bergema, dan justru kalah oleh festival swasta yang digelar berbagai komunitas masyarakat sekitar Candi Borobudur.

Sejumlah komunitas Candi Borobudur pada saat bersama dengan BIF menggelar antara lain "Festival Kampoengan" yang menampilkan berbagai permainan tradisional anak di kompleks Candi Borobudur (11-17 Juni 2003), "Agenda Kebudayaan Borobudur Agitatif" di Studio Budaya dan Galeri Langgeng Kota Magelang (12-27 Juni 2003), dan "Festival Lima Gunung II" di lereng Gunung Merbabu, Desa Warangan, Pakis (15 Juni 2003).

Seniman Magelang, Sutanto Mendut, mengatakan, acara yang ketika itu dikenal sebagai festival swasta muncul secara spontan oleh sejumlah komunitas seniman Magelang itu bukan untuk menandingi BIF yang diselenggarakan pemerintah.

Namun, katanya, festival swasta ternyata mampu menarik perhatian publik seiring dengan BIF karena lebih "membumi".

"Bukan untuk menandingi festival internasional, tetapi ketika itu memang murni festivalnya rakyat," katanya.

Budayawan Magelang Soetrisman menilai, pelibatan komunitas sekitar Borobudur dibutuhkan agar BIF sukses.

Ketika BIF 2003, katanya, pemerintah terlambat menurunkan surat keputusan bagi pelibatan komunitas seniman dan budayawan sekitar Borobudur untuk mendukung suksesnya BIF.

BIF 2009 akan digelar 25-29 Juni yang artinya tinggal sekitar tiga bulan lagi. Menurut Budiyanto, sosialisasi BIF 2009 mulai sejak tahun lalu namun masih sebatas di kalangan birokrasi.

"Sosialisasi saat itu juga belum menjelaskan secara rinci mengenai kegiatan-kegiatan dalam BIF 2009," katanya.

Sosialisasi dan publikasi secara besar-besaran yang dijanjikan mulai pada Maret 2009 hingga saat ini terkesan tenggelam oleh ingar bingar kampanye pemilu.

Pimpinan Klub Diskusi "Lotus" Borobudur, Jack Priyono, mengatakan, BIF 2009 tidak tepat waktunya karena bersama dengan rangkaian pemilu. Pemilu legislatif rencananya 9 April 2009 sedangkan pemilu presiden, Juli 2009.

"Publik tidak akan mampu diarahkan untuk fokus kepada BIF, jadinya hanya seperti tahun-tahun sebelumnya, sekadar proyek Pemprov," katanya.

Menurut dia, hingga saat ini belum terdengar berbagai biro perjalanan wisata yang menangkap peluang BIF untuk menarik pengunjung ke Borobudur.

Kesibukan khususnya menyangkut persiapan penyelenggaraan dengan pelibatan masyarakat pun, katanya, belum tampak di Candi Borobudur, padahal waktunya tinggal sekitar tiga bulan lagi.

Sejumlah komunitas seniman Borobudur merasakan belum ada sentuhan secara jitu dari pihak penyelenggara BIF 2009 untuk melibatkan mereka dalam kegiatan tersebut.

"Perlu segera dikomunikasikan dengan masyarakat, kalau mau lebih baik dari tahun lalu," kata pengelola komunitas "Warung Info Jagad Cleguk" Borobudur, Sucoro.

Kepala Unit Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB), Pudjo Suwarno, mengaku telah didatangi pihak penyelenggara BIF 2009 untuk membicarakan kegiatan yang dipusatkan di Candi Borobudur.

Pembicaraan lebih detil terutama menyangkut agenda BIF, katanya, belum dilakukan pihak penyelenggara dengan pihak TWCB.

"Kami tentu siap untuk mendukung, kita akan siapkan tempat di Lapangan ’Gunadharma’ seperti tahun 2003 lalu, tetapi untuk agenda detilnya belum ada pembicaraan," katanya.

Menurut dia, BIF bisa menarik perhatian wisatawan baik dari dalam dan luar negeri untuk berkunjung ke Candi Borobudur dan menikmati berbagai suguhan tersebut.

Berbagai pembenahan untuk mendukung BIF terus dilakukan pihak TWCB antara lain menyangkut sarana, prasarana dan pemberdayaan berbagai pemangku kepentingan wisata Candi Borobudur.

Harapan untuk BIF 2009 yang lebih baik ketimbang kegiatan serupa tahun 2003 tentu bisa terwujud jika penyelenggaraannya lebih serius dan salah satu kunci penting adalah pelibatan berbagai komunitas sekitar Candi Borobudur.


Sumber : Ant

Tidak ada komentar:

Posting Komentar