“Homestay” Akan Diperbanyak di Borobudur

JAKARTA, KOMPAS.com – Candi Borobudur adalah salah satu objek wisata yang terkenal di dunia. Tingginya kunjungan wisatawan asing dan domestik ke Candi Borobudur sudah tidak dipertanyakan lagi. Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Namun, ironisnya di tahun 2008, Desa Borobudur termasuk desa miskin.
"Tahun 2008, Desa Borobudur yang memang punya Candi Borobudur malah desa yang termiskin kedua di Kecamatan Borobudur. Di keseluruhan kecamatan yang ada di Magelang, Kecamatan Borobudur termiskin kelima. Kenapa hal ini terjadi? Karena saat kita lakukan pengamatan langsung, ternyata yang jadi pemain dari luar desa," ungkap Direktur Pemberdayaan Masyarakat Kemenbudpar, Bakri di Jakarta belum lama ini.
Maksud Bakri dengan pemain adalah para penjual makanan, minuman, dan suvenir, sebagian besar berasal dari luar Desa Borobudur. Di sisi lain, mereka pun hanya berperan sebagai pedagang asongan.
"Kebanyakan wisatawan saat itu datang hanya untuk lihat-lihat Candi Borobudur, foto-foto, lalu pulang. Jadi sedikit sekali yang netes ke bawah," katanya. Apalagi saat itu, lanjut Bakri, hubungan antara masyarakat, dinas pariwisata setempat, dan pengelola Candi Borobudur kurang bagus.
"Tahun 2009 kita masuk ke beberapa desa sekitar Candi Borobudur. Tujuannya ingin supaya orang-orang di sini diberi keterampilan dan fasilitas biar potensi desa dan masyaraat untuk berbisnis dengan kawasan Candi Borobudur pun meningkat," ungkapnya.
Program untuk setiap desa pun bermacam-macam, mulai dari keterampilan kerajinan tangan, pelatihan bahasa sebagai pramuwisata lokal, dan sebagainya. Bakri menuturkan setiap desa fokus mengembangkan hal yang sesuai potensi desa tersebut. Misalnya, ada desa yang fokus pada suvenir. Ada pula yang mengembangkan kesenian, andong, atau kuliner.
"Seperti Desa Borobudur itu lebih ke kesenian dan suvenir. Memang perajin suvenir itu sebelumnya sudah pelaku, cuma kita kasih keterampilan lebih dan modal. Selama ini kendala mereka ada di modal," ungkapnya. Dulu, lanjut Bakri, tidak ada sanggar tari. Kini ada sanggat tari Bumi Sugoro.
"Kalau untuk tarian sebenarnya ada pelatih tari di desa itu dan ada penari-penarinya. Tapi skala kecil dan minim sekali. Kita bantu untuk pelatihan dan kostum. Di Candi Borobudur dulu gak ada pertunjukan kesenian, sekarang pentas kesenian jadi rutin. Siapa yang mentas ya penduduk desa. Mereka jadi punya penghasilan dan kebanggaan tersendiri," ujarnya.
Para penari ini pun kini mentas di mana-mana. Ia menuturkan masyarakat desa kini ada kerja sama dengan pengelola candi seperti pelatihan pariwisata dan bersama-sama melakukan promosi pariwisata.
"Sekarang terjadi peningkatan ekonomi. Saat rapat antara mereka Pak Lurah bilang mereka tidak menerima BLT tertinggi lagi," tuturnya.
Program selanjutnya di tahun 2011 adalah pengembangan homestay. Konsep homestay adalah rumah penduduk bisa dipakai turis. "Anggaran fokus ke renovasi homestay. Nanti penduduk sendiri yang tentukan rumah mana yang layak dijadikan homestay. Kita riset kelayakannya kamar mandi dan kamar tidur. Jika perlu diperbaiki," jelas Bakri. Selain itu, pelatihan homestay juga diperlukan.
"Homestay ini perlu. Apalagi kalau ada acara Waisak, wisatawan kesulitan cari penginapan karena hotel sedikit. Homestay jadi pilihan untuk menginap di Candi Borobudur. Ada keluarga dengan tiga kamar, bisa saja jadikan satu kamar untuk homestay," ungkapnya.
Ia menambahkan desa yang akan dikembangkan untuk desa wisata adalah Desa Candirejo, Desa Borobudur, dan Desa Wanurejo. Ia berharap akan ada kerja sama dengan pengelola Candi Borobudur dan masyarakat desa untuk program homestay.
"Misalnya tinggal di homestay akan dikasih diskon masuk Candi Borobudur, biar homestay laku," katanya.
Di Kecamatan Borobudur terdapat 8 desa yang tergabung dalam pengembangan desa wisata PNPM Mandiri. Masing-masing desa mendapatkan anggaran Rp 55 juta agar masyarakat berperan aktif dalam mengelola pariwisata. Desa Wisata PNPM Mandiri di tahun 2011 melibatkan 569 desa dari 33 provinsi.
Sumber : Kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar